Arbeiten oder Leben genießen?
Berkerja di luar negeri adalah impian banyak orang, namun untuk berkerja di luar negeri sungguh ga gampang. Selain kita bersaing dengan tenaga kerja lokal yang biasanya memilki kualifikasi yang sangat mumpuni juga terbentur dengan masalah bahasa. Tapi mustahil juga enggak selama kita mau berusaha dan banyak belajar.
Saat pertama kali pindah ke Jerman, bermimpi juga enggak untuk bisa berkerja kantoran ala ala di Indonesia. Apalagi hanya dengan bekal ijasah SMA (huhuhu) dikarenakan S1 dari sekolah tinggi di Indonesia ga diakui disini.. sedih kali lah awak kala itu.. mana bahasa Jerman baru bisa sebatas bahasa anak TK di sini.. Nelongso banget.. Seumur-umur ga pernah minta duit sama orang lain (ya iyalah, siapa juga yang mau kasih :-D), maksudnya sama ortu or mantan pacar… so ogah banget kalau kudu minta dari suami.. masih jaim deh.. lagian uda ga rahasia kan kalau orang jerman itu pelit and perhitungan (asli mak.. bisa di hitung cent by cent) jadi emoh juga kalau harus bergantung hehehe..
Jadilah begitu sampai di Jerman mulai mencari perkerjaan, apa aja yang penting ada kerjaan. Gampang?? Enggak banget tapi mungkin keberuntungan juga memihak, bulan ke dua di Jerman dapat mini job sebagai merchandiser di salah satu perusahaan perhiasaan mode. Tapi rasa hati belum puas, jadi nyari nyari lagi job yang lain meskipun ga pede karena bahasa jerman belum lancar :D. Pucuk dicinta ulam pun tiba, awak dapat undangan interview perusahaan inggris yang lagi cari marketing assistant. Meski ga pernah jadi marketing, saya nekat hadir di interview yang ga disesali itu. Good news karena perusahaan dari Inggris so mereka cari yang bisa bahasa inggris and bukan bahasa jerman hahahaha… Rasanya beban di pundak melorot ke pantat saat kontrak kerja ada di tanggan
Dari office job tersebut saya percaya saya pasti bisa dapat kerjaan yang sesuai dengan impian saya. Namun ga berarti berhenti belajar, terutama mempelajari bahasa dimana kita tinggal, yang saya rasa sangat membantu jalan karir saya selama 7 tahun terakhir ini. Ga semua kerjaan yang saya pernah kerjakan di Jerman adalah kerjaan yang pernah saya kerjakan di Indonesia. Tapi banyak perusahaan yang mempercayakan tanggung jawab perkerjaan tersebut di pundakku. 6 tahun di Jerman ada 6 perusahaan yang pernah menjadi tempat bernaung aku, bukan berarti saya gonta-ganti perkerjaan ya, rata-rata saya kerja 2 perusahaan di waktu bersamaan, alias satu full time yang satu lagi mini job yang jam kerjanya cuma 2-6 jam per minggu.
Kerja di luar negeri bukan berarti kaya raya yaa, karena besarnya pajak dan nilai asuransi membuat jumlah gaji netto ga sebanyak gaji brutto. Dari gaji netto masih kudu di bagi bagi pos pos pengeluaran yang sisanya ya di simpan buat bisa pulkam. Bedanya kalau kerja di luar negeri itu prinsipnya kerja untuk hidup dan bukan hidup untuk berkerja. Meski kudu kerja lebih dari satu job, kita tetap bisa atur free time untuk keluarga dan diri sendiri.
Sekarang memasuki tahun ke 7 di Jerman, dua tahun terakhir saya betah bernaung di bawah bendera perusahaan yang sama karena boss nya baik, koleganya super baik sudah seperti keluarga sendiri, jam kerja boleh atur sendiri dan yang paling penting bisa keliling ke beberapa negara gratis 😀 bayarnya pake keringat sendiri tapi ga dari dompet sendiri (:blum:) Yang pasti jangan menyerah dan jangan putus asa, paling penting ga berhenti belajar dan memoles kemampuan kita setiap hari. Kerja sambil menikmati hidup sangat memungkinkan dimanapun kita berada.
Keep Fighting (:kiss:)